Skip to main content

Karir

Temanya masih bersangkutan dengan perceraianku. Bosen gak sih kalau ada orang yang baca blog ini, semuanya tentang itu. Yah..mau gimana lagi memang kabar terbaru dariku ya kabar perceraian. Tapi aku tidak akan membahas betapa sedihnya aku lagi. Seteelah bercerai aku ini seperti lahir kembali, yah kalau aku lebay kaya drakor marry my husband kali ya, diberikan kesempatan untuk hidup tanpa pasangan toxic, bedanya aku gak kembali ke masa lalu. Ini lebih realistis ya hahaha. Aku cuma mau cerita betapa aku senangnya dibantu seorang advokat didalam proses percerraianku. Sampai aku merasa apa aku jadi Advokat aja ya? Sejak  kecil aku ini memang bukann orang yang nekoo-neko ngejar mimpi. Aku aja bingung mau jadi apa, dan jadi guru les jerman itu gak sama sekali  aku rencanakan juga. Tapi karena aku dibantu sama kuasa hukumku, aku merasa senang sekali dibantu oleh mereka. Tapi ya aku memang begitu, suka mendamba profesi yang aku rasakan manfaatnya. Waktu anakku bayi aku berandai-andai jadi dokter anak. Kalau aku kembali ke 10 tahun lebih awal, aku bakal belajar mati-matian buat masuk kedokteran. Karena dokter anak itu membantu banget untuk aku, new mom yang selalu worry. Dan satu lagi, dokter anak itu buat aku jasanya mahalllllll. Yaampun andai aku dokter anak kan supaya bisa mengawal perkembangan anak dengan tepat. Nah, waktu aku harus mengurus sidang perceraian, aku juga menyewa jasa seorang kuasa hukum yang membantu aku di persidangan. Jasanya gak bisa dibilang murah ya, makanya keren banget karena aku membayar 2.5 juta untuk jasa mereka. Dan disatu hari itu kuasa hukumku bisa dua sampai 3 kali ikut persidangan, yang aartinya dia menangani 3 klien dalam 1 hari. Pantas ya pengacara uangnya banyak. Waktu sidang bergulir memang aaku takut sekali kalau pihak tergugat bakal datang dan istilahnya "melawan" tapi aku jadi lebih tenang karenna ada kuasa hukumku yanga akan membatu aku untuk menghadapi mereka yang manipulatif. Alhamdulillah mereka tiidak datang pada semua sidang perceraian , sehingga prossesnya cepat sselesai. Dulu sebetulny aku pernah bercita-cita jadi pengacara. Sepertinya asyik karena harus pandai berpendapat dan menganalisis, selain itu harus banyak menghapal pasal-pasal hukum kan? menghapal adalah keahlianku dari kecil. Tapi dulu ada yang mematahkan itu (aku tak ingat siapa). "Ih jadi pengacara mah nanti bela yang salah"  Dan gara gara itu presepsiku berubah, jadi pengacara itu berdosa, mengerikan, harus membela pembunuh. Ditambah film-ilm korea tentang pengacara culas yang mau dibayar asal membela mereka. Dan makin lama akupikir aku gak bisa berkonflik, seperti contohnya pengacaara-pengacara kondang di TV. Sempit banget ya pikirannku dulu. Hingga aku terpaksa harus sewa kuasa hukum untuk sidang perceraian, semua pandangan itu ternyata salah. Aku baru tahu kalau ada pengacara yang bisa menangani kasus kecil seperti perceraianku. (i mean, aku tahu pengacara untuk kasus perceraian seperti di infotaiment, tapi baru tau ternyata tugasnya tidak semengerikan yang aku duga dulu). Rasanya keren datang ke pengadilan memakai jas/blazer meembawa dokumen dan membela aku yang meraassa terzhalimi.Aku sangat sangat berterima kasih sekali pada mereka sekaliguss juga mengagumi profesinya, lebih dari mengagumi profesi dokter anak waktu awal melahirkan dulu. Aku ini ssampai terpikirkan pingin seperti kuasa hukumku itu, pingin berdiri  membela kaum-kaum yang menderita dalam rumah  tangga. Seketika ingin menjadi pengacara untuk sidang perceraiaan.Ini gaak main-main, karena aku sampai googling program S1 Hukum yang mungkin kalau ada rezeki nanti bisa aku ikuti. Tapi  berarti kalau aku mau, prosesnya akan panjang juga. S1 membutuhkan waktu 4 tahun, belum magang dan ujian advokatnya. Kalau ada rezeki aku juga ingin ambil S2 HukumKeluarga, biar jadi ahli aja sekalian. Haduh ngawang bangetttt, kalau memang mau menjalaninya aku hrus rela melepas karir di tempat kerjaku. Yang mana aku jadi bingung karena aku  tulang punggung keluarga untuk anakku. AKu gak mau merepotkaan orang tua. Sungguh dilema yang besar. Apakah egois jika aku, seorang single mom masih ingin bermimpi untuk terus melanjutkan pendidikan? Aku tau jawabannya, aku berhak, aku boleh menjadi ibu dan menggapai apa yang aku mau. Tapi aku juga harus realistis, ada yang haruss dikorbankan, entah itu uang, tenaga atau waktu. Yang jelas aku butuh pertimbangan. Aku cuma bisa tulis disini, karena tidak tau harus berdiskusi dengan siapa tentang keinginan, dan kecemasanku. Entah Blog ini ada pembacaa atau tidak, (karena tidak pernah dipromosikan) tapi kalau memang adaa, aku harap kalian bisa sampaikan advice untukku. Danke!

Comments

  1. Hai aay! Kamu keren banget! Kamu ibu yg hebat! Makasih ya udah bertahan sejauh ini. Aku juga a new mom btw. Aku mungkin ga merasakan apa yg kamu rasakan, tapi aku salut sama perjuangan & tekad kamu! Semoga keberuntungan & kebahagiaan bisa menemui kamu di masa depan ya!🫶🏻

    ReplyDelete
  2. As a new mom, melalui ini semua butuh banyak kewarasan, aku ataupun org lain belum tentu mampu jadi dirimu💔 Semoga Allah jaga kamu dari semua hal yg menyakitimu, semoga hatimu selalu dikuatkan because you deserve to be loved! You did great!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ya Allah, saat ini aku merasa belum butuh laki-laki sebagai pendamping. Tapi Kala butuh seorang Ayah buat gantiin bapaknya yang blangsak itu. Kirim kami laki-laki yang baik ya Allah yang bisa membimbing kami dengan baik.. Kala anak baik, anak sholeh, kirimkan Kala ayah yang baik ya Allah

PAPA BARU, AKU BUTUH GAK SIH?????

Pasangan selalu jadi topik menarik buat aku saat single, dan sekarang saat single (lagi). Harus yang kaya gimana sih? lelah aku tuh sebenarnya. Di awal perceraian aku emang jujur ngebet pengen banget cepet dapet gantinya. Minimal punya temen chat deh biar ga merasa sepi. Aku juga sempet install beberapa dating app tapi gabisa.. aku gabisaaa secepat itu. Kadang aku juga ga mood buat chat dengan siapa-siapa. Rasanya kaya pengen tapi gamau (?) gimana sih bingung jelasinnya. Apakah ini bagian dari trauma? Gatau juga. Ada trust issue yang besar sebenarnya. Bukan gara-gara mantan suamiku sepenuhnya sih. Aku takut juga gara-gara banyak kasus KDRT lah, perselingkuhan lah. Udah enak-enak hidpku sekarang less drama, mau apa apa gausah diskusi, alhamdulillah juga dikasih kemampuan cari rezeki sendiri. Apa lagi yang aku butuh??? Apakah dengan berrumahtangga lagi akan menambah masalah atau justru mengurangi? kalau menambah mening ga dulu, gitu pikirku. Terus aku juga sempet kepikiran siapa sih yang...

27

Alhamdulillah sekarang aku oficially 27 tahun.Ulang tahun kali ini agak istimewa karena aku mulai semua dari awal lagi. Bahkan sebemarnya masih banyak yang harus dibenahi. Kali ini semuanya berbeda: Aku yang tanggungjawabnya jadi besar, aku yang harus kuat, aku yang gaboleh sakit, aku yang harus tidak menghiraukan omongan orang,dan aku yang kesepian saat mengembangkan diri. Rasanya jalan yang aku lalui terjal banget. Tapi aku bersyukur banget. Allah udah banyak ngasih kasih sayang. Dari kecil sampai dewasa Allah kasih hidup  aku mudah. Ujian besar itu aku baru rasakan  sekarang di pertengahan umur 20an.Itu pun Allah masih kasih jalan keluarnya. Plusnya adalah aku jadi orang yang sadar akan semuanya. Sadar akan apa yang benar dan salah, sadar besarnya tanggungjawab.Walaupun jalannya berat, tapi itu bentuk implementasi dari Al-Wadud milik Allah,yang ternyata sayang sama aku. Karena bikin aku menyadari semuanya di dunia, walaupun hidupku jadi hancur dan rasanya sakit banget. Dan ...