Menyadari bahwa kita masih mencintai orang yang merusak hidup kita itu adalah another level of pain. Walaupun tiada rasa lagi untuk kembali, tapi aku masih berharap hidupnya baik-baik saja. Aku masih berharap semoga dia menemukan kebahagiaannya, mencapai mimpinya, dan hidup lebih baik daripada sebelumnya ketika hidup bersama aku. Apa yang ia alami saat ini mungkin karena kebodohannya. Yah, tak mungkin kesalahannya diberikan toleransi terus menerus. Itu jugalah alasan aku memilih berpisah. Tapi aku masih berharap ia belajar dari kebodohannya dan hidup layak setelah ini semua selesai. Inilah mungkin yang namanya mencintai dari jauh. Sebelumnya aku tak pernah tahu arti dari istilah mencintai dari jauh. Tapi sekarang aku rasakan sendiri. Rasa sayangku mungkin tidak berarti untuknya. Kepergianku adalah pilihan yang tepat. Biarlah aku rasakan sendiri sampai waktunya tiba, aku melupakannya. Saat amarahku memuncak aku berdoa bahwa Allah akan berikan keadilan untukku; memberikan balasan paling dahsyat untuknya. Tapi saat tahu dia juga kemungkinan besar tidak dalam keadaan baik-baik saja, aku merasa kasihan. Ini bukan berarti aku ingin kembali. Tapi.. apapun yang terjadi kami pernah menjadi satu bagian dan berbagi kenangan. Aku harap melalui kepergianku ia akan belajar sesuatu. Aku harap ia juga menemukan kebahagiaannya dalam hidup. Memaknai hidup ini dan merubah sifatnya menjadi lebih bertanggungjawab. Aku yakin suatu hari nanti aku akan memaafkannya dan tidak memikirkannya lagi. Menyayanginya dari jauh lebih menenangkan bagiku. Karena didekatnya hidup ini bagaikan inferno. Inferno yang abadi.
duniaku, dan segala isinya
Comments
Post a Comment