Dalam hidupku banyak banget pertanyaan dikepalaku yang aku tanyakan ke diri sendiri. Tapi entah kenapa tiap mau menumpahkannya jadi tulisan semuanya hilang. jadi ga ada ide untuk nulis apa. padahal aku pingin ngeluarin beberapa pemikiranku biar gajadi beban pikiran. kan bagus kalau aku punya diari. aku bisa nulis apapun yang aku pikirkan. tapi seringkali pikiranku kabur begitu saja saat mau ditulis. Aku cuma mau jujur sama diri sendiri. Aku kesepian. Aku gatau manusia mana yang bisa di percaya. I mean selain orang tua ku. Kenapa kehidupan sosial aku ga sebagus orang lain. Temennya banyak, Pasangannya hangat dan cinta. Sebenernya aku pun takut dengan berpikiran begini. takut aku jadi orang yang kufur nikmat. Tapi aku cuma mau mengeluarkan aja hal hal yang gaperlu dari kepalaku. Mereduksi pikiran negatif. Teman. Apa sebenarnya teman? apa aku benar benar punya teman? apa mungkin aku yang ga melihatnya lebih dalam? Bahwa sebenarnya teman temanku peduli tapi dengan cara dan ukuran kepeduliannya masing masing. Aku gatau. Siapa sih yang bisa menyelami hati manusia? Kadang aku merasa dekat dengan seorang teman tapi kadang merasa seperti teman pelengkap saja. Dia punya teman yanglebih seru ketimbang aku. Dan cuma sesekali saja kita menyapa. Dia punya lingkungan pertemanan lain. Lalu kenapa orang lain bisa mendapatkan pasangan yang sehangat itu? seperhatian itu dan seindah itu kisahnya? Kenapa juga aku harus membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupanku? itu ga perlu dan buang energi. Yah itulah kebiasaan burukku. Selama ini aku merasa belum mendapatkan lelaki yang tepat. Walaupun aku punya pacar. Laki-laki yang pernah kencan dengan ku rata-rata cuma meninggalkan rasa sakit hati. Ga semua ya. Seringkali aku dimanfaatkan dan di bodohi.Pacarku ga seperti itu walaupun awalnya iya. Tapi jujur saja dia juga pribadinya dingin. Ga perhatian bahkan cenderung merahasiakan hubungan kami. Apa yang membedakan aku dan perempuan lainya yang beruntung dalam percintaan? sejak dulu aku berasumsi bahwa aku kurang cantik maka seringkali diperlakukan seperti itu dan kurang beruntung dalam masalah asmara. Jujur ya aku ga ngerti, seringkali aku bercermin dan melihat bayangan diri sendiri. Aku merasa cantik sama seperti perempuan lain. Teman teman perempuanku juga sama berkata demikian. Tapi jarang ada laki-laki yang memuji penampilanku. Aku jadi berpikir apakah teman-teman perempuanku memuji cuma karena ingin menyenangkanku? Dulu aku pikir cantik itu dari dalam. Tapi hanya sedikit sekali yang menyukai aku karena potensi diriku atau sifatku. Hampir semua laki-laki yang pernah aku suka tidak tertarik padaku. Mereka lebih tertarik pada teman temanku yang lebih cantik. Hal ini sering terjadi. Sampai aku tidak mau lagi suka duluan pada seorang laki laki. Aku cenderung menunggu saja hingga ada laki-laki yang naksir. Karena itu jauh lebih baik, tiapkali aku naksir, orang yang ku taksir biasanya tidak menyukaiku. Aku takut itu terjadi lagi. Jadi lebih baik menunggu ada yang suka saja. Akhirnya karena seperti itu aku cenderung menjadi "yaudah yang ada aja" ketimbang memikirkan bibit bobotnya. Hal ini terasa penting diumur 20an. Dulu aku tidak pernah memikirkan ini. Kalau dipikir-pikir, setelah aku memutuskan "yaudah yang ada aja" apa aku pernah benar benar cinta sama seseorang? Karena merasa dicintai aku jadi seenaknya. Balas chat kapanpun aku mau. Kadang sekarang jalan besok chatnya tak ku balas. Hari ini riang responnya baik besoknya unmood dan jutek. Karena aku berpikir tanpa aku mencintai pun aku sudah menerima cinta. Aku seperti pemberi harapan palsu. Aku tidak mau jatuh terlalu dalam agar nantinya tidak terlalu hancur jika terjadi sesuatu misalnya dikhianati. Kadang aku berpikir juga apakah aku membalas perbuatan laki-laki yang dulu menyakitiku? Dan apakah aku sudah melakukan itu bertahun-tahun tanpa sadar? apakah karena itu aku memainkan perasaan orang lain?
duniaku, dan segala isinya
Comments
Post a Comment